Selasa, 21 Desember 2010

Ketahanan Jiwa..


Setiap kita punya ketahanan jiwa masing-masing..
Ada yang berjiwa kuat, tahan banting..
Ada juga yang berjiwa rapuh..

Yang berjiwa kuat.. dapat menghadapi dan menerima setiap
trauma dan masa-masa pahit yang di alaminya.. dan ia
bertumbuh menjadi pribadi yang punya empati terhadap
orang lain yang punya pengalaman yang sama..

Yang berjiwa rapuh,, perlu waktu yang lebih lama untuk bisa
sekedar 'menerima' setiap trauma dan masa-masa pahit
yang di alaminya.. dan ia perlu waktu lebih lama untuk dapat
menghadapi hal-hal berat dalam hidupnya.. mungkin
hidupnya tak dapat seperti orang-orang yang berjiwa kuat.
Namun satu hal yang pasti, Tuhan mengasihi dia, seperti
Tuhan juga mengasihi orang-orang yang berjiwa kuat.

Setiap kita berharga di mata Tuhan, baik yang berjiwa rapuh
maupun kuat..
Allah tidak mengatakan 'sungguh amat baik' pada waktu IA
menciptakan hal-hal yang lain sebelumnya..
Untuk semua ciptaan lain yang sebelumnya, Allah melihat
bahwa semuanya itu 'baik'.. bukan 'sungguh amat baik'

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh
amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari
keenam.. (Kejadian 1:31)

Kenapa Allah mengatakan bahwa manusia adalah ciptaan
yang 'sungguh amat baik' ?
Kalo memang 'sungguh amat baik' kenapa ada yang berjiwa
kuat dan kenapa ada yang berjiwa rapuh?

Nah itulah uniknya..

Baik di perjanjian lama maupun di perjanjian baru,
Firman Tuhan membela orang-orang rapuh/lemah.. dan
disebutkan bahwa yang kuat wajib menolong yang lemah..
bahkan dalam kitab Mazmur, Tuhan sendiri menolong orang
yang lemah..

Engkau memang melihatnya, sebab Engkaulah yang melihat
kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke
dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mulah orang lemah
menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi
penolong.. Mazmur 10:14

Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah!
TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka..
Mazmur 41:2

Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya,
tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin,
memuliakan Dia.. Amsal 14:31

Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak
akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru..
Amsal 21:13

Terimalah orang yang lemah imannya tanpa
mempercakapkan pendapatnya.. Roma 14:1

Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang
tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri..
Roma 15:1

Bagi orang yang berjiwa rapuh.. sungguh sangat
menyakitkan kalo mereka harus menghadapi,
bahwa segala kelemahan mereka ternyata
menjadi bahan gunjingan dan cemoohan..

Bagi orang yang berjiwa rapuh..
segala trauma, sakit hati dan pengalaman pahit, yang
mendasari sikap 'aneh' mereka bukanlah hal yang
menyenangkan untuk di tertawakan..
"It's not funny !!" begitu kira-kira kalo saya boleh
menterjemahkan jeritan hati mereka ke dalam bahasa
inggris..
Kalo boleh pilih, mereka juga pasti tidak akan mau menjadi
pribadi yang di hantui trauma dan luka-luka masa lalu..

Orang-orang yang berjiwa rapuh memerlukan Tuhan, dan
menjadi tugas orang yang berjiwa lebih kuat untuk
membawa dan mengarahkan mereka supaya bisa mengenal
Tuhan lebih dekat..
Tugas itu tentu akan terhambat kalo orang-orang yang
berjiwa lebih kuat tersebut bersikap negatif
(mempergunjingkan.. merendahkan.. mentertawakan..)

Saya berharap, semoga setelah membaca tulisan ini..
yang merasa ber-jiwa rapuh dapat dikuatkan..
dan yang merasa berjiwa kuat dapat mengasihi yang berjiwa
rapuh..

Saya sungguh berharap,
semoga setelah membaca tulisan ini..
tidak ada lagi orang-orang berjiwa rapuh yang menjadi bahan
omongan, atau menjadi bahan tertawaan dari orang-orang
yang 'merasa' ber-jiwa lebih 'kuat'

God bless u all.. ^o^

Selasa, 30 November 2010

Sebuah dilema : bersaksi.. atau pamer ?


Sungguh sebuah dilema,
ketika sebuah kesaksian di tuduh sebagai
ajang cari popularitas..

Sungguh sebuah dilema,
ketika mujizat dari Tuhan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa,
dan tidak perlu di beritakan..

Jadi bagaimana sekarang,
apakah dengan segala tuduhan itu,
lalu kita mau berhenti bersaksi?
apakah dengan segala cemooh-an itu,
lalu kita mau berhenti memberitakan mujizat Tuhan?

hmm..

Apakah dengan berhenti bersaksi
dan berhenti memberitakan mujizat Tuhan itu,
lalu kita akan bebas dari segala kritikan dan cemooh-an?

kayak-nya enggak deh..

Kalo kita mau mengikuti
segala tuduhan dan cemooh-an orang,
tidak akan ada habis-nya..

Jadi bagaimana sekarang:
adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah?
Adakah kucoba berkenan kepada manusia?
Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia,
maka aku bukanlah hamba Kristus. (Galatia 1:10)

Di luar sana ada begitu banyak orang
yang belum mengenal kasih dan kuasa Tuhan Yesusku..
masa iya aku mau menaruh pelita di bawah gantang..
hanya karena aku takut di kira pamer?

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,
dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia.
Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita
lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam
rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:13-16)

Memang ada hal-hal tertentu yang tidak perlu kita pamer kan..
Misal-nya, dalam hal doa pribadi..

Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu
yang ada di tempat tersembunyi.
Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi
akan membalasnya kepadamu. (Matius 6:6)

Ada lagi hal yang tidak perlu di pamerkan,
yaitu.. kalo kita memberi atau menolong orang lain..

Tetapi jika engkau memberi sedekah,
janganlah diketahui tangan kirimu
apa yang diperbuat tangan kananmu.
(Matius 6:3)

Firman Tuhan itu ya dan amin..
Dan hendaknya kita menerapkan-nya seturut kehendak Tuhan.. :)

Jangan sampai kita "memanfaatkan" Firman Tuhan untuk
memenuhi kebutuhan "ego" kita..
Apalagi kalo sampai kita menggunakan "Firman Tuhan"
untuk "menyerang" orang lain.. huaduhh.. gawats dehh..

Semoga tulisan sederhana ini bisa menjadi "alarm" kecil buat kita semua.. :)

God bless u all.. ;p

Menilai.. atau Menghakimi.. ??


Dear all..
Akhir-akhir ini saya gelisah.. sebab rupa-nya tidak semua
orang tau, beda-nya menghakimi dan menilai..

Ada yang berusaha memberikan penilaian.. ternyata berakhir
dengan menghakimi..

Menilai sesuatu perkara adalah hal yang baik. Sebab dengan
menilai, kita bisa membedakan, mana hal yang baik, boleh di
lakukan dan mana hal yang buruk, yang tidak boleh di
lakukan.

Tetapi menilai dan menghakimi adalah hal yang berbeda.

Menilai: Lumpur itu kotor, tidak baik untuk mainan adik bayi
juga tidak boleh dimakan adik bayi.
Menghakimi: Lumpur itu kotor, sangat menjijikkan, hiii jijay
dehh.. !!

Menilai: Ada jerawat di wajah si A.. Perlu perawatan khusus
untuk membuat kulit si A jadi sehat tanpa jerawat.
Menghakimi: Wajah si A jerawatan, jelek banget deh !!

Menilai: Si B mengambil barang orang lain tanpa ijin,
perbuatan itu di sebut mencuri. Mencuri itu tidak baik.
Kita tidak boleh mencuri.
Menghakimi: Si B yang mengambil barang itu, dasar pencuri !!

Ya, dan seterus-nya.. mesti-nya udah jelas yah..

Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang
lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan
tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan
berkuasa menjaga dia terus berdiri. (Roma14:4)

Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi
saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina
saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta
pengadilan Allah. (Roma 14:10)

Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi
pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi!
(Roma 14:12)

Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman,
tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh
Roh Kudus. (Roma 14:17)

Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan
damai sejahtera dan yang berguna untuk saling
membangun. (Roma 14:19)

Nah,.. mari kita belajar menilai, untuk mengejar apa yang
mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk
saling membangun.. :)

God bless u all ;p

Rabu, 08 September 2010

Kesaksian ibu Francisca Dhani yang sembuh dari sakit stroke

Kesaksian ini adalah babak berikutnya dari jalan hidup kami di dalam Tuhan.. ;p

Episode baru dalam hidupku.. ;p


Papaku sudah pergi tahun 2007.. mamaku baru saja menyusul tahun 2010 ini..
Tapi Puji Tuhan tahun ini papa dan mama mertuaku udah mulai tinggal di rumahku..
(Sebelumnya mereka tinggal di luar kota, kira-kira 6 jam perjalanan dari rumahku).

Aku bersyukur buat papa dan mama mertua yang baik ini.. Mereka orang tua yang sederhana.. Dengan keinginan-keinginan yang sederhana pula.. Tak sulit buat ku untuk menyayangi mereka.. :)

Rencana Tuhan sungguh sempurna.. Papa mama mertua tinggal serumah, jadi kami tidak perlu cemas lagi kalo ada masalah dengan kesehatan mereka.. Tinggal di doakan, atau beli obat, atau bawa ke dokter.. :)

Tak terasa, sejak 22 Januari 2010 ini, sudah 8 bulan-an mereka tinggal bersama kami..
Dan semakin hari, aku dan suamiku semakin bersyukur karena Tuhan ijinkan kami untuk "merawat dan menyayangi" mereka..

Terimakasih ya Tuhan.. Kerinduan hati kami adalah menyenangkan hatiMU, mempermuliakan namaMU.. pimpin kami selalu supaya bisa mejadi garam dan terang buat papa dan mama.. :)

Minggu, 11 April 2010

Detik-detik menjelang kematian..


Sebuah pengalaman pribadi yang pertama kali aku alami,
adalah melepas kepergian mama-ku.. Mulai dari kesulitan
beliau untuk bernapas.. sampai pada ketakutan beliau
menjelang saat-saat terakhirnya.. "Aku jangan di tinggal.. aku
jangan di tinggal.. !!" begitu kata-nya, sambil memeluk kakak
ipar-ku yang dengan setia mendampingi di sebelah kiri
pembaringan-nya di ICU.. sementara aku sendiri
mendampingi beliau di sebelah kanan pembaringan-nya. Tak
lama setelah beliau memeluk kakak ipar-ku.. kemudian
posisi beliau berbalik menghadap ke arahku, tangan kirinya
mendarat di punggung kananku.. wajahnya menghadap ke
arahku.. kulihat nafas-nafas terakhirnya meluncur satu-satu..

Tak lama kemudian.. seorang perawat menyarankan untuk
mengembalikan posisi mama ke posisi terlentang.. dimana
hal itu membuat beliau semakin kesulitan bernafas.. Aku
melihat mama kesulitan mengendalikan air liur-nya, dan ku
minta perawat untuk membersihkannya dengan alat
penyedot khusus.. Selesai di bersihkan,.. sang perawat
minta aku untuk menyapa mama, karena rupanya terlihat
tanda-tanda kesadaran mama sudah menurun.. Segera ku
sapa mama.. "Ma.. mama.. gimana ma.. apa sudah enak-an
nafas-nya?.." Tak ada reaksi. Jadi ku sapa mama sekali
lagi.. "Mama.. gimana ma apa udah lega nafas-nyaa?"..
Tetap tak ada reaksi. Pandangan matanya kosong..

Sang perawat segera membisik-kan di telinga-ku.. supaya
aku siap mental.. katanya.. "Kondisi mama sudah sangat
menurun.. harap siap mental.. berdoa saja.."
Aku tanya, apakah kakak ipar-ku juga sudah di beritahu hal
yang sama.. ternyata belum.. maka aku minta sang perawat
untuk memberitahu kakak iparku yang sedang tegang itu..

Maka sementara para perawat sedang berusaha
mengembalikan detak jantung dan nafas mama (sambil
mereka berusaha menghubungi dokter jaga).. kami (aku &
kakak ipar-ku) sama-sama berdoa,.. berdoa buat mama
yang kami sayangi.. Tak putus-putus-nya hati-ku memohon
kepada Tuhan Yesus.. Tuhan.. tolong lepaskan mama dari
penderitaan-nya.. Tuhan Yesus tolong mamaku.. aku mohon
belas kasihanMu.. tolong lepaskan mama-ku dari segala
penderitaan-nya.. mohon ampuni segala dosa-nya..

Tak lama kemudian seorang dokter datang.. dan mengambil
alih usaha untuk mengembalikan detak jantung dan nafas
mamaku.. tidak lama.. kira-kira beberapa menit kemudian,
sang dokter menggeleng-gelengkan kepalanya sambil
memandangku.. "Sudah tidak bisa.." begitu katanya. Aku
berusaha mempertegas kalimat dokter tersebut.. "Jadi,
mama saya sudah pergi, Dok?.. "Iya.." Jawab sang dokter
tersebut sambil mengangguk, dan segera melihat kearah
jam dinding dan jam tangan-nya.. "Waktu sekarang
menunjukkan jam 12.55"

Dan.. begitu saja.. hanya selang beberapa detik telah terjadi
perpindahan dari alam kehidupan menuju alam kematian.

Yang pertama kurasakan adalah kelegaan, bahwa mamaku
sudah terlepas dari penderitaannya yang berkepanjangan..
maka segera aku mengucapkan "Selamat jalan ya Ma".. Lalu
aku menghampiri mamaku, aku cium pipi kiri dan kanan-
nya.. juga kening-nya.. aku peluk mama untuk terakhir kali-
nya sambil ku ucapkan.. "mama.. mama sekarang sudah
tenang ya.. sudah ketemu sama Tuhan Yesus yaa.."

Selanjutnya yang terlintas di pikiranku adalah.. betapa
tipisnya jarak antara hidup dan mati. Dalam sekejap saja
semua yang di cari mamaku seumur hidupnya menjadi tak
berarti lagi.

Kemudian perasaanku menjadi campur aduk tidak karuan.
Antara sedih.. dan kesadaran bahwa aku seharusnya lega..
karena mamaku sudah tidak menderita lagi.

Sekali lagi terlintas di pikiranku.. betapa tipis-nya batas
antara hidup dan mati.. Betapa singkat rasanya waktu untuk
kita menjalani kehidupan ini.. Lalu aku merenungkan lagi,
ahh.. jelas sudah, bahwa hidup ini memang singkat.. dan tak
tahu kapan Tuhan akan panggil kita.

Dan beberapa pertanyaan untuk di renungkan-pun jadi
terlintas di pikiranku:
1. Apakah yang sudah kita kerjakan selama kita hidup?
2. Apakah hidup kita sudah menjadi berkat buat orang lain?
3. Apakah kita sudah hidup untuk Tuhan?
4. Apakah kita sudah menghargai dan mensyukuri setiap
detik yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita?
5. Kalau sewaktu-waktu Tuhan mau panggil kita, apakah kita
sudah siap?

Mama, selamat jalan.. aku sungguh berharap mama
mendapat tempat yang baik di sisi Tuhan Yesus, di mana
mama tidak akan lagi harus menanggung penderitaan dunia.

Terimakasih Tuhan, sebab melalui peristiwa ini, aku jadi
semakin menghargai dan mensyukuri setiap peristiwa yang
terjadi, didalam setiap detik kehidupan yang Kau anugrahkan
padaku. Terpujilah Kau Tuhan.. Haleluyah.. Amenn ;p

Rabu, 27 Januari 2010

BUAT APA SIH KITA HIDUP ???


Masa kecil saya tidak termasuk ideal. Latar belakang kerohanian keluarga saya
campur aduk. Karena kondisi ekonomi yang serba terbatas, maka orang tua saya
menganut paham seperti ini: "biarkan anak-anak memilih sendiri agama mereka, pada
waktu mereka sudah cukup dewasa untuk memilih nanti-nya". Dengan kata lain, boro
-boro ngurusin urusan rohani anak, buat bertahan hidup saja sudah cukup repot.

Berdasarkan situasi dan kondisi keluarga yang seperti ini, harap maklum-lah kalo, bisa di bilang, bahwa saya tumbuh sendiri. Yang penting orang tua sudah bertanggung jawab akan kelangsungan hidup saya, memberi saya makan, menyekolahkan saya..

Saya harus bersyukur untuk perjuangan orang tua saya ini.
Untuk urusan mental spritual, ya saya mesti tau diri-lah.. cari sendiri aja.

Sejak kecil.. hari demi hari saya jalani dengan berusaha untuk men"cerna"..
apa sih sebenarnya yang terjadi dalam hidup saya ini?

Sejauh yang saya ingat, perjuangan orang tua saya untuk menghidupi
keluarga kami sangatlah berat. waktu usia SMP, saya pertanyakan:
Untuk apa Tuhan bikin saya di lahirkan di keluarga ini, kalo keberadaan
saya cuma jadi beban saja buat orang tua saya. Bahkan saya berpikir untuk semua manusia di dunia ini. Untuk apa manusia itu hidup, untuk apa hidup hanya untuk jadi susah. Bayi di lahirkan, harus di hidupi, lalu di sekolahkan, lalu harus bekerja, lalu harus menikah, lalu harus punya bayi lagi.. bayi-nya ini lalu harus melalui siklus hidup yang sama dengan orang tua-nya.. begitu seterusnya. Jadi, saya mempertanyakan, buat apa sih orang harus punya anak, nanti
kan kasihan kan anaknya itu menjalani hidup dengan susah payah.

Di tengah berkecamuk-nya pikiran saya yang "ajaib" itu,
yang membuat saya tidak ingin hidup lagi,..
puji Tuhan, saya menemukan satu ayat firman Tuhan yang membuat
saya tau, buat apa saya hidup:

Roma 14:8 Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan,
dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan.
Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

Sejak itu, saya tidak mempertanyakan, buat apa saya hidup.
Sebab bukankah baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan
dan karena itu kita hidup untuk Tuhan?

Seperti apa sih hidup buat Tuhan itu? Saya juga nggak tau persis.
Setahu saya hidup buat Tuhan itu ya mestinya hidup yang baik.
Maka saya berusaha hidup sebaik-baiknya.
Nah, seperti apa hidup yang sebaik-baiknya itu? Ini dia jawaban Tuhan:

Kolose 3:23 Apa pun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia.

Kalo saya sudah hidup untuk Tuhan dan mengerjakan
segala sesuatu untuk Tuhan, lalu, kenapa hidup saya
"tak seindah dongeng anak-anak" ? Sekali lagi Tuhan berikan
jawaban buat saya, melalui firmanNYA :

Roma 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja
dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Jadi kesimpulannya:
1. Tidak masalah, baik saya hidup ataupun mati,
sebab hidup atau mati saya adalah buat Tuhan.
2. Lalu, tidak masalah, apapun yang saya kerjakan
dalam hidup ini, selama itu semua saya kerjakan
yang terbaik buat Tuhan.
3. Dan, tidak masalah apapun yang terjadi dalam hidup saya
(baik itu kejadian baik atau buruk, enak atau nggak enak kelihatannya),
sebab saya tau, bahwa dalam hal apapun yang terjadi,
Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi DIA..

Semoga secuil kisah ini bisa berguna, buat mereka yang pernah
mengalami hal-hal yang "mirip" dengan yang saya alami.. ;p

God bless u all ^o^